Jumat, 03 Mei 2013

Dan Kisah Dongeng Dortmund Pun Memasuki Babak Puncak…


Malam yang fantastis. Bagi Borussia Dortmund, bagi para fansnya (termasuk yang karbitan seperti saya sekalipun), dan bagi pecinta sepakbola yang memilih untuk netral secara umumnya.. Akhir laga yang dramatis betul-betul terjadi di Santiago Bernabeu dini hari tadi (1/5): dua gol tercipta hanya dalam jangka lima menit di 10 menit terakhir pertandingan, dan pertahanan BVB digempur habis-habisan oleh kubu tuan rumah meski akhirnya Real Madrid menyerah juga dengan kekalahan agregat 4-3.
Dortmund pun meneruskan kisah dongeng mereka musim ini dengan melaju ke final Liga Champions 2012/13. Dongeng yang sedikit ternoda dengan hasil semalam yang merupakan kekalahan pertama yang mereka dapatkan di kompetisi tersebut musim ini, tetapi kita semua tahu bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, tentu saja termasuk Dortmund. Hasil tersebut malah bisa kita anggap sebagai semacam twist yang membuat cerita lebih menarik.
Die Borussen patut berterima kasih pada wakil kapten sekaligus kiper utama mereka, Roman Weidenfeller, yang bermain cemerlang. Total lima penyelamatan ia buat di laga ini, termasuk aksi hebat di awal laga, ketika ia menepis tendangan Ronaldo dari jarak dekat, ditambah juga beberapa penyelamatan di akhir pertandingan. Penyelamatan hebatnya di awal-awal laga lah yang paling berperan: seandainya saja Real Madrid mampu mencetak gol cepat, cerita pertandingan mungkin akan berjalan berbeda.
Kegagalan Madrid untuk mencetak lebih banyak gol barangkali bisa disebut disebabkan oleh beberapa peluang yang gagal berbuah gol di 20 menit pertama babak kesatu. Dalam periode itu, Madrid memang memiliki setidaknya enam peluang mencetak gol, termasuk lewat tendangan first-time kaki kanan Ronaldo yang ditepis oleh Weidenfeller dan ketika Ozil menerima bola saat berdiri bebas di menit ke-15 tetapi tendangannya melebar begitu tipis di sisi kanan gawang. Adalah hal yang lucu melihat bagaimana Madrid hanya membukukan dua tendangan tepat mengarah ke gawang hingga menit ke-80, padahal mereka begitu membutuhkan gol untuk bisa membuka harapan lolos ke final.
Madrid memang benar-benar tidak efektif dalam memanfaatkan peluang di pertandingan ini: total 23 tendangan mereka lakukan, tetapi hanya tujuh yang mengarah tepat ke sasaran. Dan seperti yang saya sebut di atas, hanya dua yang tercipta selama 80 menit pertandingan; lima lainnya diciptakan saat mereka membombardir pertahanan Dortmund dalam kondisi frustasi di akhir laga. Dan dua dari lima tendangan tersebut berbuah gol, dan membuat beberapa dari kita barangkali berpikir: apa yang mereka lakukan selama 80 menit, sih?


Bagian kanan: shots on goal Madrid menit 0-80. Bagian kiri: shots on goal Madrid menit 80-95. Data gambar dari @StatsZone.

Memainkan Gonzalo Higuain barangkali adalah salah satu kesalahan terbesar Mourinho di laga ini: sang striker hanya melakukan satu tendangan saja selama hampir satu jam bermain, sedangkan Karim Benzema, yang masuk menggantikannya, mampu membuat tiga tendangan: dua diantaranya tepat sasaran, dan salah satunya menjadi gol. Sangat disayangkan padahal lini tengah Madrid jauh lebih baik daripada di leg pertama lalu. Kebijakan Mourinho memainkan Luka Modric alih-alih Sami Khedira adalah sesuatu yang patut dipuji, karena sang eks gelandang Tottenham Hotspur lah yang menjelma menjadi motor serangan Madrid di laga ini, sekaligus menjadi pemain terbaik mereka di sepanjang pertandingan.
Dortmund bukannya tanpa perlawanan. Mereka juga beberapa kali membuat peluang, tetapi Robert Lewandowski gagal menampilkan efisienitas yang ia tunjukkan pekan lalu. Keluarnya Mario Gotze di awal babak pertama juga menjadi satu masalah, dan membuat Marco Reus harus bekerja lebih keras di lini tengah. Ia berlari dari depan, tengah, ke belakang, lalu ke depan lagi, dan begitu seterusnya. Barangkali fans Dortmund sekali-sekali bisa mengadopsi chant khusus Joe Cole yang sempat dinyanyikan oleh pendukung Chelsea beberapa tahun yang lalu, "He's here, he's there, he's f**king everywhere! Joe Cole! Joe Cole!". Tinggal ganti namanya menjadi Reus. Toh Joe Cole sudah tak berhak lagi mendapatkan chant seperti itu.
Dortmund bermain cukup baik selama 80 menit, tetapi ketika Madrid mulai menggempur habis-habisan, para pemain asuhan Jurgen Klopp ini menjadi begitu gugup. Dua gol yang bersarang adalah buktinya. Mereka lupa untuk menjaga daerahnya masing-masing, untuk mencegah para pemain Madrid menguasai bola terlalu dalam. Neven Subotic dkk. malah lebih banyak berdiri merapat mencoba menutupi ruang tembak lawan, yang kita tahu ternyata tidak cukup.
Kita semua tahu bahwa setiap tokoh utama dalam kisah dongeng membutuhkan keberuntungan untuk bisa menang, dan Dortmund juga demikian. Mereka beruntung Madrid tak begitu efektif dalam memanfaatkan peluang, dan baru benar-benar beringas di 10 menit terakhir. Mereka beruntung bisa lolos dari akhir drama yang tak sedap di Bernabeu. Dan mereka beruntung kisah dongeng mereka terus berlanjut, dan akan memasuki puncak cerita.
"We knew that a team like us required a certain amount of luck to reach the final. That was the case against Málaga and also today," aku Klopp pasca pertandingan.
Terlepas dari masalah keberuntungan yang terus-terusan menaungi mereka, apa yang berhasil dicapai oleh Dortmund adalah hal yang luar biasa. Lima tahun lalu, ketika proyek mereka mulai benar-benar dijalankan, mungkin tak ada yang berani meramal Dortmund bisa melaju secepat ini. Penonton channel ZDF (sebuah stasiun televisi di Jerman) yang melihat Klopp menjadi analis di Euro 2008 pun barangkali tidak akan pernah menyangka jika orang yang menjadi komentator timnas Jerman yang mereka lihat di televisi itu lima tahun kemudian menjadi pelatih yang berdiri di atas rumput Wembley, memimpin Die Schwarzgelben di final kompetisi paling bergengsi di Eropa, Liga Champions.
Tak ada yang berani meramal sebelumnya, saya yakin, dan karena itu, Dortmund wajib merayakannya. Toh Klopp juga sudah mengizinkan.
"The players deserve to have a little time off after a game like this. I'll definitely not deny the players' celebrations – what kind of muppet would I be if I did?"

0 komentar:

Posting Komentar